۞هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ
يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالأعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
”Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.’‘ (An-Nahl, 10-11)
Diantara rahmat Allah
yang diberikan kepada manusia adalah diturunkannya hujan. Sesungguhnya hujan
yang Allah turunkan banyak menunjukkan pelajaran tentang sifat-sifat
penciptanya. Bagi siapapun yang memikirkannya, pasti akan mengenalbagaimana
kasih sayang Rabb-nya, kelembutan-Nya, Kekuasaan, serta keilmuan-Nya
Lihatlah
bagaimana Allah menurunkan hujan, diturunkan setetes demi setetes. Dia tidak
menurunkan hujan secara sekaligus bagaikan kita membuang air dalam ember.
Jikalau Allah menurunkan hujan seperti itu, bagaikan air bah, tentu hancurlah
kehidupan yang ada di bumi. Bukankah hal itu menunjukkan bahwa Allah bersifat Al
Lathif yang lembut kepada hamba-hamba-Nya?
Allah menurunkan hujan dalam bentuk air, yang merupakan salah satu sumber utama kebutuhan makhluk hidup. Manusia butuh air, hewan dan tumbuhan pun butuh air. Bahkan segala sesuatu tanpa air akan mati. Bukankah ini menunjukkan bahwa Allah bersifat Ar Rahman dan Ar Rahim yang mengasihi dan menyayangi hamba-Nya? Dengan hujan yang diturunkan, Allah hidupkan tetumbuhan, hewan dan manusia.
Dengan turunnya hujan, Allah Subhanahu wa ta’ala
memisalkan sebuah perumpamaan yang agung, untuk menetapkan akan adanya hari
kebangkitan. Lihatlah tanah tandus yang telah mati, kemudian Allah turunkan
hujan sehingga tanah-tanah menjadi hijau kembali. Sesungguhnya yang
menghidupkan tanah setelah mati itu, Dia yang akan menghidupkan manusia yang
telah meninggal dunia nanti.
Ikhwatal Islam,
siapakah manusia di dunia ini yang mampu menciptakan hujan? Sehebat apapun
manusia, sepintar dan secanggih apapun manusia, tidak akan ada yang mampu
menciptakan hujan dari ketiadaan. Mereka hanya mampu merekayasa, menaburkan
sesuatu dan menggeser awan demi mengupayakan turunnya hujan, itupun bila Allah
berkehendak. Bukankah ini menunjukkan bukti akan keilmuan Allah Azza wa Jalla?
Bayangkan jika Allah
menahan turunnya air hujan sehingga bumi ini kering kerontang dan mati? Seharusnya
fenomena inidapat menjadi renungan sehingga muncul rasa syukurnya kepada apa
yang telah dikaruniakan kepadanya.
Maka siapa saja yang
memikirkan tentang hujan, maka dia akan mengenal siapa Rabb-nya. Hendaknya
setiap manusia mau berpikir tentang segala penciptaan Allah di alam semesta
ini.Karena Allah telah menjelaskan dalam Al Qur’an bahwa setiap pergantian
siang dan malam serta segala fenomena alam semesta ini terdapat tanda bagi
orang yang berpikir.
Dengan memikirkan
penciptaan Allah, kita akan semakin mengenal Allah. Mengenal kekuasaan Allah bukan sebatas untuk melihat betapa
hebatnya Allah. Akan tetapi pada hakikatnya mengenal Allah haruslah semakin
menumbuhkan ketundukan kita kepada Allah dan agar benar-benar menjadi hamba
yang merealisasikan segala ibadahnya hanya kepada Allah. Sehingga kita hanya
meminta dan bergantung kepada Allah, bukan kepada jimat, kuburan atau sesuatu
selain Allah, dan akhirnya kita bisa mentauhidkan Allah serta berlepas diri dari
menggantungkan sesuatu selain Allah.
Wallahu a'lam. . .
0 komentar
Posting Komentar