Minggu, 10 Juli 2016

Nikmatnya Menghamba Kepada Allah



Ikhwatal Islam, saya ingin membuka pos pertama saya di blog ini dengan renungan akan status kita yang sebenarnya. Marilah kita sadari bahwa kita ini adalah hamba, kita adalah budak Allah yang Maha Mulia, Maha Besar dan Maha Kuasa. Dan sudah sepantasnyalah seorang hamba mengabdikan dirinya secara mutlak kepada majikannya, yaitu Allah Azza wa Jalla, dengan mengerjakan seluruh perintahNya dan menjauhi laranganNya, dengan tidak menyelisihi ajaran yang telah dibawa oleh rasulNya.

Berbanggalah kita sebagai hamba Allah, karena kita menghambakan diri ini kepada Dzat yang tidak ada yang mampu menandingiNya. Sudah sepantasnya kita menghambakan diri padaNya, karena Allah lah yang memberikan kita kehidupan, makanan, minuman dan semua nikmat yang kita rasakan. Pernahkah kita berpikir sejenak apa jadinya jika Allah mencabut nikmat oksigen yang diberikan walau hanya sedetik? Bayangkan apa jadinya jika Allah menahan air hujan turun kepada kita walau cuma seminggu? Atau bayangkan jika Allah hentikan fungsi organ tubuh yang paling kita anggap remeh? Jawabannya hanyalah satu, kehancuran.

Namun, sudahkah selama ini kita letakkan penghambaan kita kepada Allah? Mari tanyakan kepada diri kita ini, apakah selama ini kita lebih bangga menjadi hamba Allah atau hamba dunia? Sudahkah kita berlepas diri dari menghambakan diri pada tahta, harta dan manusia? Yang setelah kita pikirkan sebenarnya dunia dan seisinya tidaklah dapat memberikan keuntungan atau mudharat kepada kita tanpa seizin Allah Azza wa Jalla.

Ikhwatal Islam, Allah menyebut hambaNya dengan memuliakannya. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam QS. Al Furqan ayat 63 yang artinya "dan hamba-hamba Ar Rahman yang itu adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan".Pada ayat ini Allah menisbatkan kita sebagai "hamba Ar Rahman", bukan sebagai hamba tahta, harta atau hamba dunia.Tentunya patutlah kita bangga menjadi hamba Dzat yang Maha Mulia, yang Maha Memiliki dunia. Namun, terkadang kita seakan tidak sadar akan pemuliaan itu. Kita lebih senang menjadi hamba dunia. Seharusnya manusia lah yang memperbudak dunia, bukan seperti zaman sekarang, dimana manusia kebanyakan diperbudak dunia.

Pantaslah Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam pernah bersabda “celaka hambanya dinar, celaka hambanya dirham, celaka hambanya khamisah (sejenis baju)” (HR. Al Bukhari). Hal ini dikarenakan cukup banyak umat Islam yang terlena dan menghambakan diri bukan kepada Yang Maha Mulia, tapi malah menghambakan diri kepada hal yang kemuliaannya jauh di bawah manusia. Na'udzubillah.

Sadarilah Ikhwatal Islam, bahwa kita diciptakan tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Sadarilah bahwa dunia ini fana', dan yang kehidupan yang kekal hanya ada di akhirat. Jangan sampai kita merasa malu saat Allah membuka seluruh catatan amal kita di hadapan semua orang di Padang Mahsyar nanti. Saat tangan dan kaki bersaksi, sementara mulut ini dikunci.

Sadarilah komitmen yang telah kita buat antara kita dengan Allah, yang selalu kita ucapkan di setiap salat kita, baik dalam doa istiftah maupun dalam Surat Al Fatihah. Sungguh terasa indah dan nikmat bila kita menghambakan diri kepada Allah, karena Dia lah sebaik-baik temmpat menghamba dan bergantung. Karena Dia lah Dzat yang Maha Mulia. Maka dari itu Ikhwatal Islam, jadikanlah diri kita mulia dengan penghambaan kepada Yang Maha Mulia.

---***---

0 komentar

Posting Komentar