يُؤْفَكُ عَنْهُ مَنْ أُفِكَ
"dipalingkan daripadanya (Rasul dan Al Qur'an) orang yang dipalingkan."(QS. Adz Dzariyat:9)
Akibat dari gemarnya berbuat dosa adalah dipalingkannya seseorang dari Al Qur'an, dibuatnya sibuk oleh urusan dunia. Dibutakan mata hatinya sehingga sulit untuk menerima kebenaran, karena dirinya telah terlena dengan apa yang dia punya sehingga terbitlah kesombongan yang memenuhi kepalanya.
Harta melimpah, perniagaan yang berkembang pesat, teknologi yang memfasilitasinya, permainan dan hobi yang jauh dari mengingat Allah, dan segala urusan dunia yang bergelimpangan dalam hidupnya hadir, bukan sebagai nikmat yang diberkahi. Namun semua hadir sebagai istidraj bagi dirinya. Sebuah skenario yang amat pahit jika Allah sudah memberikan istidraj kepada manusia. Dilambungkan setinggi mungkin, lalu dibanting dan direndahkan serendah-rendahnya oleh Allah. Na'udzubillah...
Allah berfirman dalam QS. Al Kahfi ayat 28 yang artinya
" . . . Dan janganlah kamu menuruti orang yang Kami lalaikan
hatinya dari mengingat Kami, dan mengikuti hawa nafsunya, dan urusannya furuth
(suka menyia-nyiakan)."
Mari kita renungkan, keadaan sifat orang yang dihinakan oleh Allah Azza wa Jalla, yang telah diwanti-wanti agar jangan ada sifat demikian dalam diri seorang muslim. Celakalah bila hidup ini diwarnai oleh kelalaian mengingat Allah, selalu memperturutkan hawa nafsunya, dan gemar menyia-nyiakan atau mengingkari perintah dan larangan Rabb-nya.
Namun kebalikannya,
Orang-orang yang selalu mengingat Allah dalam hidupnya, akan berusaha melawan hawa nafsu yang dapat melalaikannya dari mengingat Allah. Mereka selalu bersungguh-sungguh dalam ketakwaan. Demikianlah dambaan orang yang beriman. Menjadikan yang demikian sebagai sahabat adalah suatu keberkahan. Bahkan memberi semangat untuk dapat selalu istiqomah di jalan yang haq.
0 komentar
Posting Komentar