Selasa, 19 Juli 2016

Celana Cingkrang Itu Hukumnya Wajib, Bukannya Sunnah !!

ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامة ولا ينظر إليهم ولا يزكيهم ولهم عذاب أليم المسبل والمنان والمنفق سلعته بالحلف الكاذب

Ada tiga jenis manusia yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat, tidak dipandang, dan tidak akan disucikan oleh Allah. Untuk mereka bertiga siksaan yang pedih. Itulah laki-laki yang isbal, orang yang mengungkit-ungkit sedekah dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu”. (HR. Muslim, 106)


Akhir-akhir ini, banyak kita dapati model pakaian pria dengan celana atau kain yang sengaja dijulurkan hingga di bawah mata kaki. Dengan alasan agar terlihat keren dan modis, banyak orang yang menerapkannya. Padahal, perbuatan demikian amat sangat dikecam oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam. 



Rasulullah berkata,
لا ينظر الله يوم القيامة إلى من جر إزاره بطراً

Pada hari Kiamat nanti Allah tidak akan memandang orang yang menyeret kainnya karena sombong” (HR. Bukhari 5788)

Dalam Islam, menjulurkan pakaian sampai di bawah mata kaki disebut dengan isbal. Banyak sekali dalil yang menegaskan hukum dilarangnya isbal. Pun semua pemahaman imam dari 4 madzhab besar, Maliki, Hanafi, Hambali, dan Syafi'i sepakat akan pelarangan isbal. Di bawah ini saya sampaikan beberapa hadits Rasulullah mengenai pelarangan isbal, diantaranya:

بينما رجل يجر إزاره من الخيلاء خسف به فهو يتجلجل في الأرض إلى يوم القيامة
 .
Ada seorang lelaki yang kainnya terseret di tanah karena sombong. Allah menenggelamkannya ke dalam bumi. Dia meronta-ronta karena tersiksa di dalam bumi hingga hari Kiamat terjadi”. (HR. Bukhari, 3485)


لا تسبن أحدا ، ولا تحقرن من المعروف شيئا ، ولو أن تكلم أخاك وأنت منبسط إليه وجهك ، إن ذلك من المعروف ، وارفع إزارك إلى نصف الساق ، فإن أبيت فإلى الكعبين ، وإياك وإسبال الإزار ؛ فإنه من المخيلة ، وإن الله لا يحب المخيلة

Janganlah kalian mencela orang lain. Janganlah kalian meremehkan kebaikan sedikitpun, walaupun itu hanya dengan bermuka ceria saat bicara dengan saudaramu. Itu saja sudah termasuk kebaikan. Dan naikan kain sarungmu sampai pertengahan betis. Kalau engkau enggan, maka sampai mata kaki. Jauhilah isbal dalam memakai kain sarung. Karena isbal itu adalah kesombongan. Dan Allah tidak menyukai kesombongan” (HR. Abu Daud 4084, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud)



Lalu Bagaimana Seharusnya Pria Berpakaian?

Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam menerangkan dalam haditsnya,

مَرَرْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي إِزَارِي اسْتِرْخَاءٌ فَقَالَ: يَا عَبْدَ اللَّهِ ارْفَعْ إِزَارَكَ! فَرَفَعْتُهُ. ثُمَّ قَالَ: زِدْ! فَزِدْتُ. فَمَا زِلْتُ أَتَحَرَّاهَا بَعْدُ. فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ: إِلَى أَيْنَ؟ فَقَالَ: أَنْصَافِ السَّاقَيْنِ

Aku (Ibnu Umar) pernah melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sementara kain sarungku terjurai (sampai ke tanah). Beliau pun bersabda, “Hai Abdullah, naikkan sarungmu!”.  Aku pun langsung menaikkan kain sarungku. Setelah itu Rasulullah bersabda, “Naikkan lagi!” Aku naikkan lagi. Sejak itu aku selalu menjaga agar kainku setinggi itu.” Ada beberapa orang yang bertanya, “Sampai di mana batasnya?” Ibnu Umar menjawab, “Sampai pertengahan kedua betis.” (HR. Muslim no. 2086)

رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم أخذ بحجزة سفيان بن أبي سهل فقال يا سفيان لا تسبل إزارك فإن الله لا يحب المسبلين

Aku melihat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mendatangi kamar Sufyan bin Abi Sahl, lalu beliau berkata: ‘Wahai Sufyan, janganlah engkau isbal. Karena Allah tidak mencintai orang-orang yang musbil’” (HR. Ibnu Maajah no.2892, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Maajah)

Ikhwatal Islam,
Di akhir pembahasan kali ini, saya ingin mengajak, marilah kita koreksi kembali gaya busana kita, apakah masih isbal atau tidak. Jika kita sudah tidak isbal, kita berdoa semoga selalu diberi keteguhan hati untuk konsisten pada jalan yang haq. Namun, jika masih isbal, bersegeralah untuk meninggalkan perbuatan demikian. Bukankah sebaik-baiknya teladan adalah Rasulullah? Apakah kita merasa malu jika menjalankan perintah yang disampaikan beliau? Marilah kita teladani Rasulullah dengan mengikuti apa yang diperintahkan oleh beliau.
Wallahu a'lam . . .

0 komentar

Posting Komentar