SIAPKAN MUSHAF ANDA SEBELUM MEMBACA POSTINGAN INI !!!
Aqidah atau akidah berasal dari kata al 'aqdu yang artinya kokoh, kuat atau erat. Sedangkan pengertian aqidah secara istilah yaitu keyakinan yang tertancap dalam hati dan pembenarannya terhadap sesuatu. Aqidah Islam secara garis besar tercantum dalam kaidah rukun iman yang enam, yaitu beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya, hari akhir, dan terakhir beriman kepada takdir atau ketentuan-Nya.
Setiap agama memiliki aqidah masing-masing. Namun aqidah yang benar hanyalah satu, yaitu Aqidah Islam, karena murni bersumber dari Allah Azza wa Jalla tanpa ada percampuran dari ulah manusia. Maka wajarlah jika aqidah yang dibawa oleh semua Nabi dan Rasul itu sama, walau terpaut jarak dan waktu yang amat jauh antara Nabi atau Rasul yang satu dengan yang lainnya. Mari kita lihat Al Qur'an Surat Al A'raaf (7) ayat 59, ayat 65, ayat 73 dan ayat 85, tentang seruan yang diucapkan oleh Nabi Nuh 'alaihissalam, Nabi Hud 'alaihissalam, Nabi Shalih 'alaihissalam, dan Nabi Syu'aib 'alaihissalam. Sengaja disini tidak mencantumkan ayat dan terjemahannya, karena kami ingin mengajak para pembaca untuk kembali kepada Al Qur'an, kembali membaca dan mempelajari Al Qur'an, sehingga Islam tidak mudah dilecehkan oleh orang-orang kafir dan munafiq.
Aqidah yang benar tidak akan menyimpang dari hakikat dasar penciptaan manusia, dan tidak akan bertentangan dengan wahyu. Sehingga tidak ada keraguan dan kerancuan yang timbul di dalamnya yang dapat menyesatkan manusia yang mengikutinya.
Ikhwatal Islam,
Seperti yang kita ketahui bahwa yang didakwahkan pertama kali dalam Islam adalah perihal aqidah. Selama kurang lebih tiga belas tahun Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berdakwa di Makkah sebelum hijrah menanamkan aqidah kepada umat-umatnya. Tentunya bukan tanpa tujuan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berbuat demikian. Bisa kita lihat bersama hasil dari tarbiyah beliau, amat sangat luar biasa. Lihatlah bagaimana keyakinan Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, yang beliau sampai berkata "jika aku melihat dengan mataku sendiri tembok di hadapanku berwarna putih, namun Rasulullah berkata tembok itu hitam, aku akan berkata pasti mataku yang salah dan Rasulullah yang benar". Lihatlah bagaimana keyakinan Umar radhiyallahu 'anhu dan para sahabat serta sahabiyat di jaman itu, yang ketika diturunkan suatu perintah atau larangan kepada mereka, tidak pernah sedikitpun menanyakan kenapa, kenapa dan kenapa.
Sekarang mari kita kaji, mengapa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengutamakan penanaman aqidah terlebih dahulu.
- Dari aqidah inilah sumber amal. Orang yang aqidahnya kuat, maka dia akan dengan ikhlas berada dalam ketakwaan. Terlihat jelas bekas amal ibadah yang dia kerjakan dalam dirinya. Mustahil seseorang mampu mengerjakan amal yang dikerjakannya dengan sepenuh hati jika belum tertancap aqidah yang kuat dalam dadanya. Tanpa aqidah, manusia hanya akan menjadi orang yang muqallid atau taqlid saja, sekedar ikut-ikutan beramal karena tokoh masyarakat atau ustadz favoritnya menyerukan demikian. Jelas hal seperti ini tidak akan bertahan lama dan tidak akan membekas dalam dirinya segala amal ibadah yang dikerjakan. Pantaslah kita sering menemukan orang yang rajin shalat namun akhlaknya buruk terhadap orang lain, durhaka kepada orangtua, tidak peduli mana yang halal dan haram, sibuk dengan dunia, dekat dengan zina dan kerusakan lainnya, bahkan sombong.
- Aqidah adalah sumber kekuatan untuk tunduk secara total kepada Allah dan Rasul-Nya. Seorang hamba jika telah tertanam aqidah yang benar secara kuat, saat didatangkan dalil Al Qur'an dan Hadits yang shahih kepadanya, maka tanpa bertanya lagi dia akan langsung mengamalkannya. Tidak peduli dirinya akan terasing di lingkungannya atau berlawanan dengan hawa nafsunya. Saat didatangkan dalil yang shahih, maka dia cukupkan dirinya dengan itu dan membuang jauh-jauh fatwa yang bertentangan dengan dalil tersebut. Selain itu akan timbul pula kecintaan karena Allah terhadap saudaranya yang memiliki aqidah yang benar. Namun sebaliknya, jika orang tidak memiliki aqidah yang kuat dan benar, maka akan enggan dirinya untuk tunduk secara total kepada Allah dan rasul-Nya. Orang seperti ini akan memilah-milah ajaran Islam mana yang sesuai dengan hawa nafsunya, maka itu yang dia ambil. Sedangkan yang tidak sesuai dengan hawa nafsunya, maka dia dustakan. Orang seperti ini akan enggan menghadiri majelis-majelis ilmu yang kental dengan kajian sunnah, bahkan akan membenci dan memusuhi orang-orang yang sedang berjuang untuk menegakkan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ikhwatal Islam
Di atas aqidah yang lurus, kaum muslimin menang dan berjaya. Tidakkah kita melihat berapa banyak jumlah sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ??? Jika kita coba menghitungnya, tidak sampai dua ratus ribu orang. Tapi luar biasanya mereka mampu menguasai dunia, kerajaan persia dan romawi yang terkenal akan keadidayaannya hancur luluh lantah di tangan mereka. Ini lantaran aqidah mereka yang lurus dan kuat yang ada dalam dada mereka. Hingga akhirnya Allah memberikan janji-Nya atas kekuasaan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya yang termaktub dalam Al Qur'an Surat An Nuur (24) ayat 55.
Bandingkanlah dengan saat ini. Dimana umat Islam sudah makin banyak, namun seperti tidak memiliki daya sedikitpun. Bagaikan buih di lautan yang hanya bisa terombang ambing oleh ombak, begitupun saat ini, sebagian besar umat Islam dengan kondisi terombang ambing oleh orang yang sesat lagi menyesatkan.
Padahal
Sehebat apapun orang kafir, sekuat apapun senjatanya, tetap tidak akan bisa mengalahkan kaum muslimin jika kita memiliki aqidah yang kuat. Lihatlah pada peristiwa perang Badar, dimana jumlah orang kafir tiga kali lipat lebih banyak dibanding kaum muslimin yang hanya bersenjatakan pedang, tanpa tameng, tombak, atau panah. Sedangkan pasukan kafir saat itu amat lengkap persenjataan dan logistiknya. Namun, dengan izin Allah, kaum muslimin dapat menang telak pada pertempuran tersebut. Ini tidak lain hanyalah atas kehendak Allah yang Maha Menepati Janji kepada kaum muslimin saat itu yang aqidahnya mantap.
Namun saat mereka lalai, maka Allah memberikan teguran dan pelajaran kepada mereka, dan mengabadikannya dalam Al Quran agar menjadi pelajaran bagi umat sesudahnya. Lihatlah pada peristiwa Perang Uhud dimana kaum muslimin sempat mengalami kekalahan yang amat menyedihkan, Allah mengabadikan sebab dan pelajaran ini dalam Al Qur'an Surat Ali Imran (3) ayat 165-167. Lihatlah pada peristiwa Perang Hunain, dimana kaum muslimin mengalami kekalahan besar pada putaran pertamanya akibat tertimpa ujub atas jumlah mereka yang jauh melebihi lawan mereka saat itu, dan Allah juga abadikan sebab dan pelajarannya dalam Al Qur'an Surat At Taubah (9) ayat 25-27.
Terlihat jelas disini betapa aqidah yang lurus dan kuat itu amat penting untuk dimiliki. Namun, masih banyak dari umat Islam yang belum memilikinya, bahkan menyimpang aqidahnya.
Apakah penyebabnya? Dan bagaimana kiat-kiat atau cara mengukur dan mengokohkan aqidah kita ???
Insya Allah akan di bahas di postingsn berikutnya.
0 komentar
Posting Komentar